Goresan penaku. Menggores dalam diam, berdiam dalam goresan. Perempuan bagaikan racun yang membuat laki-laki lahap keracunan, pula sebaliknya. Secara spesifik goresan kali ini menjerumus ke hal perempuan. Tidakkah masih banyak juga laki-laki yang masih mendewi tololkan perempuan hanya untuk memuaskan nafsu belaka "hanya sebatas itu" dan selalu menganggap perempuan selalu berada ditataran level yang rendah daripadanya. Tak bisa dinafikan lagi perempuan selalu di eksploitasi perannya dalam lingkup-lingkup sosial, lebih-lebih kalau sudah menjerumus ke hal perasaan. wanita selalu jadi korban dari eksploitasi perasaan lelaki. Hal ini kemudian seiring berjalannya waktu perempuan mulai sadar akan hal itu bahwa pada substansinya perempuan harus berani keluar dari dogma buruk itu lalu memberikan penekanan kepada lelaki bahwa wanita juga adalah manusia yang mempunyai kemerdekaan yang sama , bukan untuk mengukungnya.
Para perempuan mulai berfikir bahwa mereka harus berubah mereka tidak lagi menerima bahwa mereka hanya di jadikan pemuas dahaga nafsu saja maupun selalu terbelakang seperti sama halnya dengan kaum perempuan di eropa tidak puas lagi dengan hasil feminisme dimana HENDRIETTE ROLAND mengatakan bahwa”feminisme dan non-feminisme tak mampu meretakan peri kehidupan dan jiwa kaum perempuan, sejak perempuan itu mencari nafka di dalam perusahaan-perusahaan, sebagai buruh, dan perempuan sebagai pekerja masyarakat”. Tetapi masih banyak juga yang mengganggap bahwa perempuan hanya di jadikan sebagai penghilang dahaga saja dan kaum laki-laki cuma selalu menghina kaum perempuan. Ia menertawakan perempuan yang hamil ia meremehkan arti melahirkan bayi dan ia tak ingat bahwa ia sendiri hasil kesengraan ibunya bertahun-tahun.
Para perempuan juga hanya menginginkan feminisme dan kemerdekaan saja mereka tidak ingin di anggap terus sebagai penghilang dahaga dan selalu dieksploitasi. Para perempuan hanya mengiginkan kemerdekaan ala KARTINI dan seperti yang disampaikan oleh bapak proklamator bangsa Indonesia bahwa perempuan dan lelaki bagaikan sepasang sayap burung, jika salah satunya cidera maka burung itu tidak dapatlah terbang. Berarti dalam hal ini adalah sepasang sayap itu harus selalu menguatkan agar selalu dapat terbang mencapai kebahagiaan bersama.
Sekian untuk kali ini yah 😊😊 ... !!!
Wakabid Sarinah DPK FIB GMNI Kendari.
Penulis masih tahap pembelajaran untuk menjadi penulis yg handal. Kritik dan sarannya yang positif sangat di butuhkan.
Komentar
Posting Komentar